BERAUONLINE.COM, TANJUNG REDEB – Permasalahan kelangkaan minyak goreng menjadi polemik besar pada tahun 2022, masyarakat menjadi resah akan hal tersebut. Selain minyak goreng yang langka, harga kedelai pun ikut menjadi naik sehingga berdampak langsung ke perajin tahu dan tempe.
Gejolak mengenai harga kedelai ini direspon langsung oleh Kepala Disperindagkop Berau, Salim yang menanggapi bahwa kenaikan harga kedelai di Kabupaten Berau disebabkan karena hal eksternal.
“Kedelai merupakan salah satu komoditas yang impor dari luar negeri dan dikemas di Surabaya lalu dijual lagi ke Berau. Sebenarnya tiap bulan rata-rata kedelai yang masuk ke Berau dulunya itu sekitar 15 ton yang didistribusi langsung oleh pak Enan dan pak Herman. Harga kedelai normalnya waktu itu Rp.12.600 per kg dan memang untuk kedelai ini rata-rata didatangkan dari Surabaya,”ungkapnya.
“Kenaikan harga kedelai di Indonesia sebenarnya jika kita melihat berita yang ada, disebabkan oleh stok luar negeri yang menurun terkait dengan kedelai, sehingga efek nya sampai ke Indonesia. Apalagi kedelai merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia,”tambahnya.
Salim tegaskan, terkait dengan solusi kenaikan harga kedelai merupakan wewenang dari Dinas Ketahanan Pangan. Mengingat, Disperindagkop hanya mengurus bagian distribusi dan perdagangan nya saja.
“Jadi masalah kedelai ini tanggung jawab nya bukan di kami, kalau kami hanya mengurus perdagangan nya saja. Tanggung jawab utamanya itu sebenarnya ada di Dinas Ketahanan Pangan. Jadi nanti terkait dengan solusi nya mereka yang akan lebih berwenang, apakah nanti mereka menghimbau masyarakat untuk ramai-ramai berkebun dan sebagainya,” ujarnya.
“Karena di Dinas Ketahanan Pangan ada yang disebut satgas pangan dan satgas ini lah yang memiliki kebijakan tentang hal tersebut. Misalnya seperti terjadi kelangkaan bahan pangan atau harga bahan pangan yang naik seperti sekarang ini,” tutupnya.
Penulis : Ingka
Editor : Indra