BERAUONLINE.COM, TANJUNG REDEB – Usai Pandemi Covid-19 yang melanda pada beberapa waktu kemarin hingga hampir menyentuh 3 tahun angka kemiskinan di Kabupaten Berau turun hingga 5,65 persen.
Dijelaskan Ketua Tim Statistik Sosial BPS Berau, Mega Safira Aulia, meredanya Covid-19 di Kabupaten Berau membawa angin segar kepada penduduk miskin. Di mana, pada tahun 2022 kemarin, sebesar 5,88 persen angka kemiskinan yang melanda, dengan meredanya angka covid tersebut kini turun menjadi 5,65 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Berau, berdasarkan data yang diperoleh penurunan angka kemiskinan sebagian besar berasal dari indikator peningkatan daya beli masyarakat. Dengan rata-rata pengeluaran makanan sejumlah Rp 923.233 per kapita per bulan. Sedangkan bukan makanan sebesar Rp 1.170.405 per kapita per bulan.
“Yang bisa kami katakan, terlihat jelas dari pola konsumsi masyarakatnya,” katanya Senin (23/1/2023).
Daya beli semakin meningkat, hal tersebutlah yang membuat penurunan persen angka Kemiskinan di Kabupaten Berau, dengan angka pendapatan yang kian terus didapatkan oleh masyarakat seiring ramainya Daya Beli meningkat.
Kendati demikian, sedikit banyak kebijakan pemerintah pasti berpengaruh. Seperti, bantuan yang mengalir baik yang bersumber dari daerah, provinsi maupun pusat.
“Kami juga sempat menanyakan kepada responden yang mendapat bantuan dari pemerintah, kalau efektifitasnya itu ada, tapi didukung oleh kegiatan lain juga,” ungkapnya.
Tingginya persentase pengeluaran untuk konsumsi makanan dan minuman jadi serta untuk rokok dan tembakau perlu mendapatkan perhatian lebih. Konsumsi makanan dan minuman jadi memang praktis, namun kandungan gizi dan higienitasnya belum tentu terjamin.
“Akan lebih baik kalau masyarakat mengolah sendiri hasil alam dan menyajikan makanan yang sehat bagi keluarga yang ada di rumah,” jelasnya.
“Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan karena dapat menyebabkan stroke, serangan jantung, dan kanker paru-paru,” sambungnya.
Pemerintah sempat memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat angka pandemik COVID-19 di Indonesia melonjak tinggi. Hal itulah yang membuat masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan lebih memilih layanan yang bersifat online.
“Sewaktu pandemi melonjak masyarakat yang dari perkotaan maupun di sekitarnya enggan keluar untuk berbelanja karena menghindari keramaian, sehingganya menggunakan jasa kurir pengantaran makanan dan lainya sebagai cara mereka berbelanja,” pungkasnya.
Penulis : Roy
Editor : Tim