TANJUNG REDEB, BERAUONLINE.COM – SMA Islam Terpadu (SMAIT) Ash-Shohwah berangkatkan 28 muridnya untuk mengikuti International Education Program (IEP) ke tiga (3) negara yakni Singapura, Malaysia dan Hongkong, sejak tanggal 21 Oktober sampai dengan 2 November 2024.
Kepala SMAIT Ash-Shohwah, Ririn Astriani, menuturkan untuk bisa sampai mengikuti program unggulan sekolah tersebut, para pelajar dituntut untuk berjuang keras secara mandiri.
“Melalui program IEP ini, kami menginginkan siswa untuk bisa mengaplikasikan pembelajaran tentang nilai-nilai keyakinan, perjuangan dan kerja keras. Yang paling utama ingin dicapai dari IEP ini adalah menumbuhkan sikap rabbani, di mana saat mayoritas agama di luar negeri adalah non muslim, mereka tetap istiqomah dalam menjalankan ibadahnya. Sebab di beberapa negara mereka kunjungi nanti tidak ada adzan dikumandangkan sebagai penanda waktunya Sholat wajib, dan susahnya mencari makanan yang halal,” ungkap Ririn saat pelepasan peserta IEP angkatan VIII di Bandara Kalimarau.
Salah seorang wali murid, Arman, mengatakan program ini sangat positif. Sebab, anak-anak ditempa kemandirian, ibadah hingga rasa saling peduli antar sesama.
“Mudah mudahan saja, selama di luar negeri hingga kembali ketengah tengah kami sebagai orang tua, anak anak kita, juga Ustadzah dan Ustadz pendamping selalu sehat dan dilancarkan,Amiiin YRA,” kata Arman.
Sementara komentar salah satu peserta IEP dari Kelas XII angkatan VIII, Muhammad Bintang Novrianto terkait program yang bakal di jalaninya tersebut menuturkan, bahwa sebelum IEP ini para pelajar angkatannya telah dibaurkan dengan menjalani aktifitas kehidupan sehari hari dengan diturunkan ke Kampung.
“Program itu adalah Sekolah Kerja Nyata (SKN). Di mana, kemandirian, kemampuan bertahan hidup tanpa ada fasilitas dan menerapkan ilmu kami pelajari di sekolah dengan warga kampung setempat sekitar kurang lebih sebulan telah kami jalan. Lalu melalui IEP, tentu menjadi pengalaman baru tersendiri bagi kami. Terutama bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan masyarakat yang berasal dari kultur yang berbeda,” paparnya.
Lanjut Ketua Badan Eksekutif Siswa Terpadu (BEST) SMAIT Ash-Shohwah itu, dengan pengetahuan yang minim akan negara yang akan dirinya beserta teman-temannya tandangi, serta bermodalkan bahasa inggris yang juga terbatas, berupaya untuk menjalani guna menambah pengalaman hidup.
“Dalam program ini kami berharap bisa mempelajari budaya, karakteristik, kehidupan di negara negara bakal kami datangi tersebut. Pada kesempatan ini kami juga nantinya diajak menempa ilmu dengan beberapa Universitas di negara negara kami kunjungi,” imbuhnya.
Di negara pertama dikunjungi yakni Singapura, saat berupaya komunikasi dengan orang lokal, ternyata bahasa inggris warga sini (Singapura) logatnya sangat berbeda dengan yang saya pahami.
“Inilah pengalaman, kalau bukan melalui IEP saya tidak pernah bisa menguji kemampuan diri dan kemandirian saya, saat hidup jauh dari orang tua. Mudah mudahan saya beserta seluruh rombongan selali istiqomah, di negara manapun kami berada,” ucap Bintang. (Nht)