BERAUONLINE.COM, TANJUNG REDEB – PT Rantaupanjang Utama Bhakti (RUB) jadi perbincangan hangat di berbagai media sosial, usai ramainya isu jebolnya tanggul tambang milik perusahaan tambang tersebut sebabkan banjir besar di Kabupaten Berau, pihak PT RUB akhirnya angkat bicara.
Dalam konferensi pers dengan awak media yang digelar pada Sabtu (22/5/2021), Kepala Teknik Tambang (KTT) PT RUB, Jimmy Mart menegaskan, bukan tanggul yang menyebabkan banjir. Melainkan banjir yang menyebabkan tanggul tersebut jebol, akibat tidak mampu menahan debit air Sungai Kelay yang terus meningkat. Sehingga, banyaknya informasi yang beredar, bahwa banjir yang menimpa belasan kampung di 4 kecamatan terjadi akibat jebolnya tanggul tambang di pit PT RUB adalah tidak benar.
Mengenai video yang beredar di sejumlah media sosial dan pemberitaan nasional, bahwa banyak alat berat yang terendam banjir akibat jebolnya tanggul juga keliru. Jimmy menyebut kejadian itu bukan berada di PT RUB, melainkan di daerah lain.
“Yang ingin kami tegaskan informasi yang mengatakan banjir terjadi yang disebabkan jebolnya tanggul di PT RUB itu keliru. Dan video yang beredar yang memperlihatkan banyak alat berat terendam banjir juga tidak benar dan bukan terjadi di PT RUB,” jelasnya.
Jimmy juga menambahkan, saat jebolnya tanggul pada Minggu (16/5/2021) lalu, tidak ada korban jiwa maupun alat berat yang terjebak di dalam banjir. Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, manajemen perusahaan telah membentuk tim gabungan antara PT RUB dan PT PPA untuk melakukan observasi agar tidak ada karyawan yang bekerja di areal banjir.
“Saat ini kita hanya melakukan recovery untuk mengamankan areal yang berbahaya. Kita juga sudah memastikan bahwa alat yang digunakan penambangan diparkir di tempat aman,” ucapnya.
Dikatakannya, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan instansi terkait, khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). PT RUB juga membantu perbaikan fasilitas umum yang terdampak banjir disekitar areal tambang.
Ia menjelaskan, hujan dengan intensitas cukup tinggi di hulu Sungai Kelay dan Sungai Segah, pada Kamis (13/5/2021) lalu, membuat debit air meningkat dan mengakibatkan 14 kampung di empat kecamatan terendam banjir. Di mana, berdampak pada tanggul disekitar pit tambang yang dikerjakan kontraktor PT RUB, yakni PT Putra Perkasa Abadi (PPA) jebol, lantaran tidak mampu menahan tingginya tekanan banjir.
“Jadi bukan air dalam tambang yang keluar ke sungai, melainkan air sungai yang ke dalam tambang. BPBD juga mengkategorikan kejadian yang menimpa PT RUB merupakan bencana alam,” jelasnya.
Mengenai pembuangan air sungai yang masuk areal tambang, Jimmy mengaku tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Butuh proses yang cukup panjang dengan pengawasan ketat. Menurutnya ada beberapa cara yang dilakukan agar air yang dikeluarkan sudah memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dokumen lingkungan yang ada. Seperti melakukan kajian teknis kandungan air di pit tambang, serta kajian ekonomi.
“Kajian itu juga akan disampaikan kepada kepala inspektur tambang dan DLHK Berau. Jika masih bernilai ekonomis akan dilakukan pemompaan dengan catatan baku mutu air terpenuhi,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala DLHK Sujadi menuturkan, musibah banjir yang terjadi beberapa hari lalu merupakan banjir terbesar dalam 10 tahun terakhir. Sejauh ini PT RUB sudah melakukan antisipasi-antisipasi terkait hal itu.
Bahkan, tanggul juga sudah diperbesar dan dipertebal untuk memperkokoh lantara wilayah tempat PT RUB beroperasi merupakan daerah rawan banjir. Namun karena tingginya banjir membuat tanggul tetap jebol.
Sementara saat ini, pihaknya menyampaikan sudah selesai melakukan uji sampel air baik yang ada di sekitar tanggul maupun di sungai yang adai di wilayah hulu dan hilir PT RUB.
“Berdasarkan hasil analisa kami, kandungan air di Sungai Kelay dan Segah masih aman. Dan pemeriksaan kandungan air itu akan diperiksa secara berkala. Adapun gatal-gatal yang diderita sejumlah warga yang terdampak banjir bukan karena PT RUB,” terangnya.
Kendati demikian, DLHK juga meminta kepada PT RUB dan mitra kerjanya agar tanggul tersebut segera ditutup, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
Sujadi juga mengatakan, dengan kejadian itu dapat menjadi perhatian bagi perusahaan-perusahaan tambang lainnya, untuk terus memperhatikan potensi bencana alam yang kemungkinan terjadi.
“Jadi benar-benar harus diantisipasi,” katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Berau, Thamrin juga menyampaikan, awal mula banjir dikarenakan curah hujan yang tinggi di Segah dan Kelay yang membuat 14 desa yang terendam banjir.
“Jadi ini murni karena bencana alam. Intinya banjir lebih dulu terjadi kemudian membanjiri kampung dan areal tambang hingga menjebol tanggul,” tutupnya.
Penulis: Sofy
Editor: Tim